Senin, 31 Mei 2010

Terapi untuk autisme

Berikut adalah beberapa jenis terapi yang digunakan untuk menangani autisme :
  1. Analisa tingkah laku (Applied Behavioral Analysis (ABA))
    Terapi ini merupakan terapi yang tertua dan paling banyak diteliti serta dikembangkan untuk autisme. Terapi ABA ini merupakan sistem pelatihan intensif dengan menggunakan hadiah yang berfokus terhadap sistem pengajaran tertentu.
  2. Terapi wicara
    Hampir semua penderita autisme mempunyai masalah bicara ataupun bahasa sehingga diharapkan dengan terapi bicara ataupun berbahasa dapat membantu penderita autism untuk berkomunikasi dengan orang lain.
  3. Terapi okupasi
    Terapi okupasi berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena kebanyakan penderita autisme mengalami perkembangan motorik yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi juga dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik yang dapat membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap suara, cahaya maupun sentuhan.
  4. Terapi kemampuan sosial
    Salah satu akibat dari autisme adalah sedikitnya kemampuan sosial dan komunikasi. Banyak anak yang menderita autisme memerlukan bantuan untuk menciptakan kemampuan supaya dapat mempertahankan percakapan, berhubungan dengan teman baru atau bahkan mengenal tempat bermainnya. Seorang terapis kemampuan sosial dapat membantu untuk menciptakan atau menfasilitasi terjadinya interaksi sosial.
  5. Terapi fisik/fisioterapi
    Autisme merupakan perkembangan perfasif yang lambat. Banyak penderita autisme yang memiliki penundaan perkembangan motorik dan beberapa mempunyai massa otot yang rendah (lemah). Terapi fisik dapat melatih kekuatan, koordinasi dan kemampuan dasar berolahraga.
  6. Terapi bermain
    Walaupun terdengar aneh, tetapi anak penderita autisme memerlukan bantuan untuk bermain. Bermain juga dapat digunakan sebagai alat untuk melatih percakapan, kemampuan berkomunikasi dan sosial. Terapi bermain ini dapat digabungkan dengan terapi berbicara, terapi okupasi dan terapi fisik.
  7. Terapi tingkah laku
    Anak yang menderita autisme seringkali terlihat frustasi. Mereka kesulitan untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka dan menderita akibat hipersensitifitas terhadap suara, cahaya ataupun sentuhan sehingga terkadang mereka berlaku kasar atau mengganggu. Seorang terapis tingkah laku dilatih untuk dapat mengetahui penyebab dibalik prilaku negative tersebut dan merekomendasikan perubahan terhadap lingkungan ataupun keseharian anak untuk dapat memperbaiki tingkah lakunya.
  8. Terapi Perkembangan
    Terapi perkembangan atau developmental therapies bertujuan untuk membangun minat, kekuatan dan perkembangan anak sendiri untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan, emosional dan sosialnya. Terapi perkembangan seringkali bertolak belakang dengan terapi tingkah laku, yang biasanya paling baik dilakukan untuk mengajarkan keterampilan khusus pada anak, seperti misalnya mengikat tali sepatu atau menggosok gigi dll.
  9. Terapi visual
    Banyak penderita autisme merupakan pemikir visual, sehingga metode pembelajaran berkomunikasi melalui gambar dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah melalui PECS (Picture Exchange Communication). Selain itu pembelajaran melalui video juga dapat dilakukan baik dengan video modeling, video games ataupun sistem komunikasi elektronik lain. Metode ini dapat menampung kelebihan penderita autisme di bidang visual untuk digunakan membangun keterampilan dan komunikasinya.
  10. Terapi Biomedis
    Terapi biomedis termasuk juga penggunaan obat-obatan untuk penanganan autisme, walaupun kebanyakan perawatan biomedis yang dilakukan berdasarkan metode pendekatan DAN (Defeat Autism Now). Dokter yang telah menjalani pelatihan mengenai metode DAN ini akan menentukan diet khusus, supplement ataupun perawatan alternative lain untuk penanganan penderita autisme. Di AS sendiri perawatan ini belum mendapatkan persetujuan dari FDA (Food dan Drug Administration) ataupun CDC (Center for Disease Control) walaupun banyak cerita anekdot yang melaporkan hasil positif dari terapi tersebut. Jika memang berniat untuk berkonsultasi dengan praktisi DAN, pastikan orang tersebut berlatar belakang kedokteran.

  11. sumber: http://medicastore.com/index.php?mod=artikel&id=287

Tidak ada komentar:

Posting Komentar